Note :
Berhati hatilah di kamboja, terutama dengan barang bawaan kita, ketika saya menghubungi pemilik guest house tempat saya berencana menginap di Siem Reap sebelum keberangkatan, dia berpesan dan terkesan memaksa untuk menjemput kami (saya dan ina) di terminal bus jika telah sampai di Siem Reap, dia bilang : could you please confirm the name of bus company? I will send my staff to pick you up on time, otherwise you will have problem with driver at the bus station, rip off money or drop you off somewhere, the business in Cambodia is different from other country, I just want to protect you from hassle with driver at the bus station.
Jangan terlalu sering menggantung DSLR atau gadget lain di leher (kebisaaan backpacker), bisa jadi memancing niat jahat. Pada dasarnya orang2nya baik, namun seperti kebanyakan kota2 besar di Indonesia banyak juga orang2 “ramah”nya (rajin menjamah) jika kita terlihat “mencolok” dengan barang bawaan kita.
Ketika saya berkunjung ke kamboja, gambarannya seperti Indonesia tahun 90an, astrea grand itu yang bagus dan rata2 dipakai sama kebanyakan Cambodians.
Disini mereka menggunakan lajur kanan bukan dikiri ;).
Cambodians lebih sering menggunakan mata uang dollar amerika ketimbang mata uang Negara mereka sendiri, mata uang mereka dipakai jika barang yang di beli nilainya kurang dari 1 US$ dan itupun jaraaaang banget, paling2 Cuma harga permen sama air mineral :-p
Ketika berbelanja di night market Siem Reap jangan lupa membeli teh lotus (teratai), rasanya agak berbeda dengan teh pada umumnya dan baunya sangat wangi, 1US$ untuk 1 kemasan kecil, tempelan kulkasnya juga bagus2 J
Flight
to Kuala Lumpur (15 Maret 2013) ---- dari Makassar saya terbang jam 17:00
wita. Ketemuan sama ina di LCCT kuala lumpur, kami langsung nge-bis ke KL
Sentral (hewhewhew ternyata lagunya ckra khan ngetop disini, radio local juga
muter lagunya), rencana awal sih kami mau nyobain kerang rebusnya Alor street, tapi diperjalanan menuju KL Sentral
kami bertemu pria separuh baya asal korea yang bahasa inggrisnya agak
terbata-bata, dia meminta untuk di antar ke salah satu hotel di kawasan Alor.
Sesampainya di hotel tempat dia menginap yang ternyata deket banget sama
perempatan Alor street, dia meminta
kami untuk menunggu karena mau makan bareng dan kita mau ditraktir
(horeeeeeeee). Ditunggu beberapa lama gak muncul2 orangnya, kayaknya si mandi
dan beberes dulu :-p, liat jam udah mau 23:30, sementara monorail close jam 24:00.
Kamipun menitip pesan pada security hotel jika orang korea yang kami lupa
namanya :-p nyariin,kami sudah kembali ke KL Sentral ->> gagal dengan
kerang terenak L….. Nginep di KL Sentral adalah alternative terbaik buat ngirit :D. Celingukan nyari tempat akhirnya kita naik ke
lantai dua KL Sentral. Gak punya Koran, nge-gelar scarfnya ina buat tidurrr
hahaha. Kali ini kami punya jurus ampuh biar gak masuk angin, pasang koyo di
puser :D. Baru aja merem ada cowok abg yang ngedeketin dan ngajak ngobrol yang
obrolannya aja kagak nyambung, beteeee poolll, saya dan ina nyari akal gimana
biar ini orang pergi, Alhamdulillah datenglah security yang ngusir kami karena
lampu mau dimatikan dan kami dilarang tidur disitu :D… pindaaaahhhh nyari kursi
panjang, selamat lah dari cowok itu, tapi tidak dari suara cleaner lantai yang berisiiiikkkkk, tapi tetep kok saya nyenyak
tidurnya sampai pagi hahaha…..
Phnom
Penh – Cambodia (16 maret 2013) ---- Jam 6:40 kami terbang ke phnom
pehn, tiket penerbangan kami beli di bulan November 2012 seharga Rp. 330.000 dari KL – Phnom Penh.
Sesampainya di air port kami mencoba
menanyakan map Cambodia dan ternyata gakada hehehe. Ya sudlah, saya sempat
membeli kartu perdana seharga Rp. 100.000 untuk bisa paket BB dan social media. Keluar dari bandara yang
untungnya terbang pagi dan masih sepi, kami di tawari tukt2 oleh pria local
dengan seragam, oh iya kalau mau sewa tuk2 sebaiknya cari yang drivernya
berseragam. Dia menawarkan harga kalau tidak salah sekitar US$ 50 lebih untuk
seharian berkeliling kota, kami menawar hingga (seingat saya) US$ 20 untuk satu
area terkenal yang kami akan kunjungi yaitu Royal Palace, dia sempat agak alot karena tentunya dengan yang satu
hari berkeliling lebih banyak pendapatan, dia juga menawarkan ke killing field tapi kami gakmau, killing field merupakan area bekas
pembantaian kalau tidak salah ketika khmer merah masih ada, waktu itu kami
tidak begitu tertarik, akhirnya si bapak deal dengan harga US$ 20 (Indonesian
jagonya nawar hahaha) untuk diantar ke Royal
Palace dan ke tempat kita beli tiket ke Siem Reap, kami tidak menginap di
phnom penh.
Royal Palace di
Thailand kebanyakan dindingnya didominasi warna kuning, keemasan dan putih,
begitu juga dengan di phnom penh, banyak bunga teratai yang di tanam di beberapa
pot, wajar karena teratai merupakan salah satu bunga yang bermakna di keyakinan
mereka. Harga tiket masuk ke area royal palace sebesar US$ 6. Tidak butuh waktu
lama untuk berkeliling Royal Palace phnom pehn yang didalamnya sudah termasuk
silver pagoda, kurang lebih setengah harian dah cukup.
Seperti
kesepakatan awal dengan si bapak tuk2, kamipun diantar untuk membeli tiket bis
ke Siem Reap, bis paling akhir dari phnom penh menuju Siem Reap adalah jam
17:00, si bapak tuk2 emangg baik, kami dianter ke beberapa agen untuk menawar
harga tiket, dia juga bilang ada minibis eksekutif yang ada wifinya tetapi
harganya dua kali lipat dari bis bisaa. Harga tiket yang kami beli US$ 10
bisnya nyaman seperti bis eksekutif diindonesia. Overland by bus dari Phnom Penh ke Siem Reap sekitar 7 jam, kami.
Kami membeli tiket di agen yang berseberangan dengan kantor pos besar phnom
penh, berhubung belinya kecepetan (jam 14.30) kami sempat berkeliling sebentar
di sekitar situ, nyari makan siang yang nasi daaaaaan gakada :-p, kemudian kami
singgah di rumah makan istanbul, makan yang paling murah prata dan sayur terong
hahahha.
Siem Reap – Cambodia (17 maret 2013) ---- it
12:00 am, Hmmmm what will you do in the middle night at bus station in Siem Reap???
:-p, yes please call guest
house’s crew atau kita bakal deg-degan sama tukang tuk2 yang nawarin ini itu. Saya
segera menelpon crew popular guest house tempat saya berencana menginap di Siem
Reap. Dia berkali kali menanyakan where
is your bus station? Dan saya selalu
menjawab at Siem Reap, hahaha ternyata maksudnya adalah what the name of your bus station?. Di Siem Reap banyak sekali
pemberhentian bis dari phnom penh, tergantung dari agen bis yang kita tumpangi, malam itu kami
berhenti di agen paramount. Hanya 10 menit menunggu datang juga yang
nge-jemput, namanya paul, muda, cakep, ramah hahaha. Dia membantu mengelola
popular guest house. Saya book kamar
via email yang saya dapat dari website
yang mereka kelola, popularguesthouse.com, untuk 1 malam double bed dengan fan US$
8, saya share dengan ina jadi semalem Cuma US$ 4 ;), tidak perlu pakai yang AC
di Siem Reap, popular deket banget sama night
market dan pub street, recommended lah. Tapi jangan berharap
lebih dengan tempet nginep seharga segitu ya, saya dan ina yang terpenting bisa
tidur :D, kami menginap 2 malam di Siem Reap karena tidak ada bis malam dari Siem
Reap ke Bangkok.
Di Siem
Reap atas saran paul kami menyewa tuk2 untuk satu hari peruh dengan itinerary berkeliling komplek Angkor wat
dan nganter ke floating village,
seharga US$ 70, harga tersebut tidak termasuk harga tiket masuk komplek Angkor
tetapi sudah termasuk harga tiket masuk floating
village. Jam 06:00 am kami menunggu tuk2 yang paul pesan, sengaja pergi
pagi karena berburu sunrise :D,
brrrrrrrrrrrrrrr dingin dan segeeeeeeeeeeeeerrrrr. Harga tiket masuk komplek
Angkor US$ 20 untuk one day pass, untuk yang 3 days pass US$ 40, untuk yang 1
week pass US$ 60 tidak ada pembelian
tiket setelahnya yaaa. Kebanyakan turis
disini dari korea dan jepang dan kebanyakan juga ikut tour, bejubel pada nunggu sunrise.
Tik tok tik tok jam 6:45 am mana sunrisenya
L langit udah terang benderang,
prediksi kabut nih, kecewa kami berjalan masuk lebih jauh lagi, nyari danau
yang katanya bagus banget buat ambil sunrise,
ketemu, wuihhhh yang nunggu di situ lebih buanyak lageeeee. Gak disangka 7:15
am si sunrise muncul, agak aneh sih
tau2 mataharinya muncul bulet diantara langit yang berkabut putih, baru kali
itu saya lihat sunrise siang2 :-p.
Pantulan di danaunya cakep ;).
Kelar nge-sunrise
kami lanjut ke Bayon temple atau yang kadang di sebut thousand faces tentunya dengan tuk2 yang sama. Jadi di
setiap pemberhentian tuk2 akan menunggu kita. Sekitar 45 menit berkeliling kami
melanjutkan perjalanan ke Tha phrom
temple, ini yang saya paling penasaran, akan pohon yang melilit candi tua
yang saya sering banget liat di beberapa situs wisata dan blog. Buatan alam
ituuuu memang keren :D. Selain dua 3 temple yang beken itu, ada lagi beberapa
temple yang tidak sempat kami kunjungi karena after lunch lanjut ke floating village, pantas saja jika
ada tiket 3 days pass karena emang
besaaaarr banget komplek Angkor.
Kelar keliling
Angkor kami singgah makan siang lalu melanjutkan perjalanan ke floating village, karena berbeda arah, jadi
rutenya balik lagi kearah guest house
kita lanjut teruuuussss dan lamaaa untuk sampai di floating village, saya aja sampai ketiduran di tuk2 hahahaha. Menurut
guide 300.000 orang tinggal di floating
village ini termasuk anak-anak, dan sekitar 1000 anak-anak adalah yatim
piatu. Orang tua mereka meninggal pada saat mengail ikan, mata pencaharian
mereka disini adalah nelayan. Kondisi rumah apung mereka bagi saya
memprihatinkan, apalagi jika musim terik seperti ketika saya berkunjung, danau
surut dan air bersih nyaris tidak ada, mereka mandi dengan air berwarna cokelat
dengan kondisi rumah yang jauh dari sanitasi. Selama berkeliling kita akan
singgah di crocodile farm, juga floating market untuk sembako dan alat
tulis, di floating market ini kita
disarankan untuk membeli apa saja yang kemudian akan disumbangkan buat
anak-anak yatim yang tinggal di rumah tinggal mereka sedangkan uangnya
digunakan untuk mengembangkan floating
market tersebut, jangan ditanya harga barangnya, muahallllll, saya waktu
itu cuma mampu beli selusin buku. Dari floating
market kami berkunjung ke rumah singgah mereka, rame banget, ngeliat mereka
antara sedih dan campur aduk. Jangan lupa bawa air minum selama di jalan-jalan
di siem reap, puanasssss.
Well malempun tiba, jalan kaki yang gak sampai 5 menit ke floating market, kelar belanja oleh-oleh kami lanjut ke pub street, karena gaktau mau ngapain refleksi deh di pinggir jalan 1US$ 10 menit, enak banget nambah deh hehehe. Pulang ke guest house, pesen tiket bis ke Bangkok (pesen aja ke resepsionis guest house), duduk bentar ngumpul ma tamu lain, tidur..
*next
trip >> Bangkok and Ayutthaya – Thailand (3rd backpacking)
Komentar
Posting Komentar