catatan perjalanan menuju pulau komodo



First… pengen bilang kalau ini adalah perjalanan panjang yang melelahkan. Dari rencana utama yaitu sailing trip dan akhirnya berubah menjadi overland by bus karena terjangan gelombang setinggi 4 meter..
Bali, Pulau Komodo, Puket dalam dua tahun terakhir menjadi tujuan banyak wisatawan. Berbekal rasa penasaran yang berlebihan dan sedikit isi kantong akhirnya saya sampai juga di negeri antah berantah ini. Pulau Komodo. Setidaknya jika suatu hari the dragon punah karna evolusi, saya pernah bertatap muka dengan binatang purba ini.

7 february 2011
Pukul 12 siang wita, saya dijemput oleh agen travel di penginapan tempat saya menginap di kawasan cakranegara mataram menuju meeting point. Meeting point kami waktu itu di head office agen travel tersebut. Jangan tanyakan pada saya apa nama agen tersebut karena saya juga tidak tahu (hahahaha nekat ya). Saya memperoleh informasi rute perjalanan setelah saya googling, kemudian berkirim email dengan seseorang yang memiliki agen travel perjalanan menuju pulau komodo, begitu saya sampai disana nama agen travelnya berubah. Kemungkinan besar ada kerjasama antara dua agen tersebut. Buat saya itu bukan masalah besar selama tidak diminta menambah budget (saya selalu menomor-satukan low budget untuk setiap  perjalanan saya). Dari meeting point tim saya yang terdiri dari 15 orang [belanda, swiss, inggris, manchester (yang tetap saja memperkenalkan dirinya sebagai Manchester bukan inggris), republic ceko dan saya sendiri Indonesia] menggunakan bus menuju labuhan lombok, tempat dimana kami akan memulai sailing trip. Sekitar pukul 15.00 wita perahu kecil kami dan juga  4 org abk serta seorang guide yang nantinya memandu kami berlayar menuju gili bola, sebuah pulau dengan pantai kecil yang hanya cocok untuk berenang sore hari tanpa kelebihan lain. Malam harinya kami makan malam dan menginap diatas perahu, rasanya?? Biasa saja, mungkin karena kami belum dekat satu sama lain.

8 february 2011
Hari kedua, rencana perjalanan kami adalah pulau moyo kurang lebih 3 jam dari gili bola dilanjutkan menuju pulau satonda usai makan siang, kata guide-nya pulau satonda itu keren, terbentuk dari endapan pasir yang mengeras seperti tanah (hmmm begitukah?), dan seorang almarhum lady Diana juga pernah mengunjungi Satonda, realy? Don`t know.  Hingga pukul 8 pagi wita, gelombang belum juga reda, dengan modal nekad sang kapten menjalankan perahu. Baru setengah jam perjalanan gelombang setinggi 3 – 4 meter memainkan perahu kayu kami, nyaris saja tenggelam. Berfikir bahwa ini adalah perjalanan yang tidak safety, guide memutuskan kembali ke gili bola dan menunggu hingga tengah hari untuk melanjutkan perjalanan. Gelombang tidak juga reda hingga pukul 11 siang. Akhirnya guide memutuskan untuk lepas jangkar di pelabuhan badas (Sumbawa besar).  Karena mempertimbangkan angin dan gelombang, guide memberi pilihan alternative untuk perjalanan kali ini. Yang pertama tetap melanjutkan perjalanan menuju pulau komodo namun menggunakan jalan darat (overland) yang tentunya memakan waktu lebih lama atau kembali ke mataram dan pihak travel akan mengembalikan uang sisa perjalanan namun dengan konsekuensi dari pilihan tersebut adalah tidak melihat komodo. Job van heeder (dari belanda) lalu membuka peta sumbawa dan labuhan bajo yang telah dia persiapkan sebelum berangkat mengikuti program sailing trip ini. Guide kemudian menjelaskan apabila kami memilih melanjutkan perjalanan dengan bus, rute yang akan ditempuh adalah sepanjang pulau Sumbawa dimulai dari pelabuhan badas hingga bima lalu sape kurang lebih 8 jam. Untuk melanjutkan ke pulau komodo dari pelabuhan sape menyebrang dengan kapal ferry kurang lebih 6 jam menuju labuhan bajo, dari labuhan bajo berlayar dengan perahu kecil yang biasa disebut pinishi untuk berlayar ke pulau komodo, pulau rinca, pulau bidadari, pulau kalong dan beberapa pulau lkecil lain untuk sekedar snorkeling dan berenang menunggu sunset. “do you have idea for this situation dian?” mike bertanya setelah beberapa dari kami abstain. “offcourse, i`ll go by bus”. Akhirnya…. Semua mau pergi dengan bus setelah berfikir 5 menit kemudian. Oleh agen travel kami dijanjikan menunggu bus hingga jam 10 malam.

9 february 2011


Huffff… sudah jam 10.30 gakada juga busnya, dan semua tertidur karena lelah. Jam 12 malam, bus baru tiba menjemput kami yang pastinya dalam kondisi ngantuuuk berat. Begini hiruk pikuknya ….


Menunggu pagi dalam bus yang berjalan bukanlah hal yang menyenangkan buat saya, apalagi kalau ditanya bagaiamana kondisi jalan Sumbawa besar – Bima, ampuuuunnnnnn ngeri, jalanya banyak lobang, kadang lewat jalan kecil sempit, gak enak bgt lah pokoknya. Alhasil bukan Cuma 8 jam untuk sampai di pelabuhan sape (tempat nyebrang ke labuhan bajo). 8 jam itu baru sampai bima (baru setengah perjalanan *gubrakk. Sepanjang siang guide harus mengurus semua penerbangan temen – temen yang tertunda karena rute perjalanan yag berubah, jangan dikira itu gampang, tau kan bagaimana urus ini itu bla bla bla apalagi yang menyangkut tiket pesawat. Jam 1 siang kami melanjutkan perjalanan menuju sape, dan tiba disape jam 5 sore. Kami menginap  di penginapan kecil (pastinya ala backpacker) untuk istirahat dan melanjutkan perjalanan esok pagi.

10 february 2011
Tepat jam 7 pagi kami menyebarang menuju labuhan bajo, perjalanan memakan waktu kurang lebih 6 jam, bersyukur karena cuaca cerah.  Jam 13.30 kami menuju pelabuhan pelni, lokasinya tidak jauh, kurang lebih 5 menit dg berjalan kaki dari pelabuhan fery. Sampai disana wowww ratusan perahu kecil yang memang disewakan untuk perjalanan ke pulau – pulau terdekat menunggu pelanggan. Kami masuk ke salah satu perahu yang sudah disiapkan oleh agen travel. Oiya satu tips dari saya, kalau memang berencana berlibur ke kepulauan sebaiknya bawa snorkle sendiri biar gak nyewa (saya jijik nyewa snorkel), tapi dari pada gakada terpaksa nyewa, perpasang perhari 15 ribu. Menunggu sunset, kami snorkeling di pulau bidadari. Menyenangkaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn JJJ. Kami berlomba berburu anemone hehehehe. “time up guys, commooooonnnn”, yaaaahhh guide udah gak mengijinkan kami berenang lebih lama lagi, begini resikonya pake travel, waktu terbatas. Sayang saya gak bawa camera under water, jenis ikanya keren – keren lho.


 11 february 2011 (PULAU KOMODO)
Hoaaaaammmm masik ngantuuuukkkk, samar –samar terdengar bunyi berisik disekitar perahu, saya keluar dan hulalaaa ratusan kalong terbang di depan perahu kami. Kami sandar tepat di depan pulau kalong. Saya dan tanja yang juga suka jeprat jepret langsung deh beraksi, yang lain?? Masih pada molor hehehe. Usai sarapan pagi kami melanjutkan perjalanan ketujuan utama kami “pulau komodo”, deg-degan nih hehhehehe lebay.  Beberapa pulau menjadi pemandangan sangat biasa ketika menyebarang dari pulau kalong – pulau komodo, ada juga namanya kampong komodo, disana banyak rumah panggung yang dihuni oleh penduduk asli yang sangat mempercayai nenek moyang mereka adalah komodo. Whaaaaatttt?????. Katanya dikolong rumah mereka komodo keliaran kayak ayam, sayang kami gak singgah disana karena keterbatasan waktu. Jam 8:44 pagi kami tiba di gerbang pulau komodo, bayangkan “gerbang pulau komodo”. Nyampe gerbangnya aja udah seneeeeng buanget. 5 menit mendapatkan penjelasan dari guide yang akan memandu kami melintasi pulau komodo (adalah guide yang berbeda dengan guide travel). Dipulau komodonya sendiri kami hanya menemukan beberapa ekor komodo yang lagi sunbathing (gak lebih dari 10 ekor), kata guide-nya dipulau rinca nanti jumlah komodo akan jauh lebih banyak dari jumlah yang ada di pulau komodonya sendiri. Rute yang kami lalui adalah medium track, dimana jaraknya pendek (kalau gaksalah siy Cuma sekilo lebih, lebihnya gktau berapa he…) dengan kondisi jalan yang datar. Kira – kira sejam kami dah nyampe di akhir rute. Istirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan menuju pulau rinca dengan makan siang dalam perahu dan jangan salah, sebelum makan, kami berenang siang bolong (11.45) di pulau terdekat yang gak tau apa namanya. Hehehehehe sensasinya, berasa gakda beban sama sekali waktu kulit nyentuh air dengan ikan segede panci nasi (ada yg ukuran setengah meter), takut siy awalnya, lama – lama biasa, mereka jinak, makanya aja nasi (ini beneran, ada ikan laut doyan nasi disini). Satu jam buat makan siang dan snorkeling, kami melanjutkan perjalanan ke pulau rinca. Berbeda dengan pulau komodo yang teduh dan rindang, pulau rinca sangat panas dan berbatu, selain komodo binatang lain juga dapat dijumpai di rica, kerbau, monyet yang galak – galak, bangau di sekitar hutan bakaunya dan ayam hutan. Rute perjalananyapun lebih berat dari pulau komodo, terjal, berbatu, berkelok, naik turun lembah dengan kanan kiri jalan rumput yang hanya tumbuh di tempat – tempat gersang. Banyak dijumpai pohon palm yang oleh penduduk setempat katanya nira nya dibuat arak. O iya soal komodo ternyata emang dari kuantitas banyakan di rinca. Selain 10 ekor komodo yang lagi istirahat di bawah kantin, setelah pintu masuk tadi, ada beberapa ekor yang kami temui sepanjang perjalanan. Kami dikawal oleh 2 guide. Jadi aturan disini 1 guide hanya untuk 6 orang, karena sifat komodo yang tidak dapat diperkirakan dan memang pemakan segala, pihak pengelola khawatir jika tiba – tiba komodo menyerang dari arah yang tidak diduga. Sesekali pada tempat tertentu, guide juga memberi kode agar kami tidak terlalu berisik, dikhawatirkan komodo akan terganggu dan merasa terancam dengan kedatangan kami. Setelah melewati puncak yang dinamai shulpurea hilltop kami berjalan kira –kira setengah jam dan tiba di puncak perjalanan. Wow, pemandanganya luar biasa, mirip landscape di film the lord of the ring, keren lah pokoknya, semua lelah, kebosanan dan perjalanan panjang yang terbayar dengan pemandangan yang luar biasa. Seneeeeeeeng banget rasanya fiuuuhhhhhhhhh. Diakhir perjalanan kami beristirahat di kantin pulau rinca yang hanya menjual sedikit souvenir. Topi yang tidak sesuai dengan selera saya, kaos yg ukuranya gede semua (XL), yang ukuran kecil sablonannya jelek, dan kartu pos yang banyak diminati turis seperti temen – temen perjalanan saya kali ini. Jam 4 sore kami kembali ke labuhan bajo dengan rasa pegal di kaki, karena menginap tidak masuk dalam daftar paket, kami memilih hotel masing - masing sesuai tingkat kenyamanan, harga hotel (tepatnya penginapan) di labuhan bajo berariasi, tidak ada patokan harga, kadang naik bisa juga besoknya turun. Jangan ditanya kenaikannya berapa, harga normal 50 rb – 100 rb, kalau lagi naik bias lho sampai 200 rb, tapi lumayan nyaman kok kamarnya meski tanpa tv, sebaiknya sebelum memilih penginapan harus telpon dahulu untuk memastikan harga.





























12 february 2011 (pulang yuks)
Janjian ketemuan di warung kecil dekat pelabuhan, saya, Kevin, libor dan guide sarapan pagi sambil menceritakan harga penginapan kami. Kevin dapat paling murah, hanya 50 ribu ckckckck, ada ya bule milih tempat sehemat itu. Kevin sedang melakukan tur ke beberapa Negara, tur selanjutnya ke Krakatau sebelum kembali ke Manchester dan kembali lagi ke Indonesia dengan tujuan Kalimantan. Libor yang orang republic cheko memang sengaja dating ke bali dan sekitarnya untuk melihat peluang bisnis, dia berencana bisnis perhiasan, dia ambil dari Indonesia dan dijual ke negaranya. Hanya kami bertiga yang pulang dengan bus, temen – temen yang lain menunggu pesawat dua hari kemudian, karena kebanyakan dari mereka langsung pulang ke Negara masing – masing. Hanya mike dan Victoria yang kembali ke bali karena mereka memang tinggal di bali. Jam 3 siang kami tiba di terminal bima (lupa namanya) setelah perjalanan kurang lebih tiga jam dari pelabuhan sape. Perjalanan pulang malam kali ini lebih nyaman dibandingkan ketika overland dari badas ke bima, bis kali ini jauh lebih lega buat selonjoran dan tidur.



13 february 2011 (am the lucky girl)
Bis yang kami tumpangi sampai di terminal mandalika mataram sekitar jam 8.30 pagi. Mengobrol sebentar dengan Kevin dan labor diakhiri dengan “nice to meet you, see u later, always keep contact” kami berpisah. Saya segera mencari angkot kuning menuju pusat kota untuk booking tiket ke makassar. “mall  mataram pak?” Tanya saya pada seorang supir angkot dengan penumpang seorang bule sekitar umur 60-an, sopir mengangguk dan langsung cabut. Dengan sedikit heran saya bertanya pada sibule “do you rent this car?” dia menoleh ke belakang dan bilang “yes”, oo my god, ni sopir kagak tau diri amat udah dicarter masih narik juga. “it`s okey, no problem, where will you go?”, sapanya pada saya dan kami mengobrol sebentar dengan English saya yang little bit. Sampai di mall mataram sialnya supir angkot gak ada uang kecil, saya mesti putar sana sini nyari receh, hanya 15 ribu dan uang saya 100 ribu, susaaahhh nyarinya dan si bule nanya harganya saya bilang “15 thousand rupiah”, dia lalu meyuruh sopir cabut, dari jauh saya Cuma bilang “thank you so much sir” sambil nyengir hehehhehe. Wah harga tiket ngelonjak semua, mataram – denpasar – makassar 1juta 200ribu untuk tanggal 13, mataram – denpasar 800ribu. Wow. Kata mbak yang jualan tiket karena bulan – bulan ini mulai musim summer, jadi lonjakan harga tiket tinggi. Setelah beberapa saat searching harga, akhirnya dia memutuskan harga termurah tanggal 14 february dan artinya saya harus nginep, okey. 13 malam saya menginap di rumah salah satu teman saya di kampong pelita. Lelaaaaaahhhhhh tapi menyenangkan. Thanks god. Bravo jalan – jalan.


                                                                                                                 

Komentar