Phnom Penh and Siem Reap – CAMBODIA (3rd Backpacking)

Note :

  1. Berhati hatilah di kamboja, terutama dengan barang bawaan kita, ketika saya menghubungi pemilik guest house tempat saya berencana menginap di Siem Reap sebelum keberangkatan, dia berpesan dan terkesan memaksa untuk menjemput kami (saya dan ina) di terminal bus jika telah sampai di Siem Reap, dia bilang : could you please confirm the name of bus company? I will send my staff to pick you up on time, otherwise you will have problem with driver at the bus station, rip off money or drop you off somewhere, the business in Cambodia is different from other country, I just want to protect you from hassle with driver at the bus station.

  2. Jangan terlalu sering menggantung DSLR atau gadget lain di leher (kebisaaan backpacker), bisa jadi memancing niat jahat. Pada dasarnya orang2nya baik, namun seperti kebanyakan kota2 besar di Indonesia banyak juga orang2 “ramah”nya (rajin menjamah) jika kita terlihat “mencolok” dengan barang bawaan kita.

  3. Ketika saya berkunjung ke kamboja, gambarannya seperti Indonesia tahun 90an, astrea grand itu yang bagus dan rata2 dipakai sama kebanyakan Cambodians.

  4. Disini mereka menggunakan lajur kanan bukan dikiri ;).

  5. Cambodians lebih sering menggunakan mata uang dollar amerika ketimbang mata uang Negara mereka sendiri, mata uang mereka dipakai jika barang yang di beli nilainya kurang dari 1 US$ dan itupun jaraaaang banget, paling2 Cuma harga permen sama air mineral :-p

  6. Ketika berbelanja di night market Siem Reap jangan lupa membeli teh lotus (teratai), rasanya agak berbeda dengan teh pada umumnya dan baunya sangat wangi, 1US$ untuk 1 kemasan kecil, tempelan kulkasnya juga bagus2 J




Flight to Kuala Lumpur (15 Maret 2013) ---- dari Makassar saya terbang jam 17:00 wita. Ketemuan sama ina di LCCT kuala lumpur, kami langsung nge-bis ke KL Sentral (hewhewhew ternyata lagunya ckra khan ngetop disini, radio local juga muter lagunya), rencana awal sih kami mau nyobain kerang rebusnya Alor street, tapi diperjalanan menuju KL Sentral kami bertemu pria separuh baya asal korea yang bahasa inggrisnya agak terbata-bata, dia meminta untuk di antar ke salah satu hotel di kawasan Alor. Sesampainya di hotel tempat dia menginap yang ternyata deket banget sama perempatan Alor street, dia meminta kami untuk menunggu karena mau makan bareng dan kita mau ditraktir (horeeeeeeee). Ditunggu beberapa lama gak muncul2 orangnya, kayaknya si mandi dan beberes dulu :-p, liat jam udah mau 23:30, sementara monorail  close jam 24:00. Kamipun menitip pesan pada security hotel jika orang korea yang kami lupa namanya :-p nyariin,kami sudah kembali ke KL Sentral ->> gagal dengan kerang terenak L…..  Nginep di KL Sentral adalah alternative terbaik buat ngirit :D.  Celingukan nyari tempat akhirnya kita naik ke lantai dua KL Sentral. Gak punya Koran, nge-gelar scarfnya ina buat tidurrr hahaha. Kali ini kami punya jurus ampuh biar gak masuk angin, pasang koyo di puser :D. Baru aja merem ada cowok abg yang ngedeketin dan ngajak ngobrol yang obrolannya aja kagak nyambung, beteeee poolll, saya dan ina nyari akal gimana biar ini orang pergi, Alhamdulillah datenglah security yang ngusir kami karena lampu mau dimatikan dan kami dilarang tidur disitu :D… pindaaaahhhh nyari kursi panjang, selamat lah dari cowok itu, tapi tidak dari suara cleaner lantai yang berisiiiikkkkk, tapi tetep kok saya nyenyak tidurnya sampai pagi hahaha…..


Phnom Penh – Cambodia (16 maret 2013) ---- Jam 6:40 kami terbang ke phnom pehn, tiket penerbangan kami beli di bulan November 2012  seharga Rp. 330.000 dari KL – Phnom Penh. Sesampainya di air port kami mencoba menanyakan map Cambodia dan ternyata gakada hehehe. Ya sudlah, saya sempat membeli kartu perdana seharga Rp. 100.000 untuk bisa paket BB dan social media. Keluar dari bandara yang untungnya terbang pagi dan masih sepi, kami di tawari tukt2 oleh pria local dengan seragam, oh iya kalau mau sewa tuk2 sebaiknya cari yang drivernya berseragam. Dia menawarkan harga kalau tidak salah sekitar US$ 50 lebih untuk seharian berkeliling kota, kami menawar hingga (seingat saya) US$ 20 untuk satu area terkenal yang kami akan kunjungi yaitu Royal Palace, dia sempat agak alot karena tentunya dengan yang satu hari berkeliling lebih banyak pendapatan, dia juga menawarkan ke killing field tapi kami gakmau, killing field merupakan area bekas pembantaian kalau tidak salah ketika khmer merah masih ada, waktu itu kami tidak begitu tertarik, akhirnya si bapak deal dengan harga US$ 20 (Indonesian jagonya nawar hahaha) untuk diantar ke Royal Palace dan ke tempat kita beli tiket ke Siem Reap, kami tidak menginap di phnom penh.

Royal Palace di Thailand kebanyakan dindingnya didominasi warna kuning, keemasan dan putih, begitu juga dengan di phnom penh, banyak bunga teratai yang di tanam di beberapa pot, wajar karena teratai merupakan salah satu bunga yang bermakna di keyakinan mereka. Harga tiket masuk ke area royal palace sebesar US$ 6. Tidak butuh waktu lama untuk berkeliling Royal Palace phnom pehn yang didalamnya sudah termasuk silver pagoda, kurang lebih setengah harian dah cukup.





Seperti kesepakatan awal dengan si bapak tuk2, kamipun diantar untuk membeli tiket bis ke Siem Reap, bis paling akhir dari phnom penh menuju Siem Reap adalah jam 17:00, si bapak tuk2 emangg baik, kami dianter ke beberapa agen untuk menawar harga tiket, dia juga bilang ada minibis eksekutif yang ada wifinya tetapi harganya dua kali lipat dari bis bisaa. Harga tiket yang kami beli US$ 10 bisnya nyaman seperti bis eksekutif diindonesia. Overland by bus dari Phnom Penh ke Siem Reap sekitar 7 jam, kami. Kami membeli tiket di agen yang berseberangan dengan kantor pos besar phnom penh, berhubung belinya kecepetan (jam 14.30) kami sempat berkeliling sebentar di sekitar situ, nyari makan siang yang nasi daaaaaan gakada :-p, kemudian kami singgah di rumah makan istanbul, makan yang paling murah prata dan sayur terong hahahha.




Siem Reap – Cambodia (17 maret 2013) ---- it 12:00 am, Hmmmm what will you do in the middle night at bus station in Siem Reap??? :-p, yes please call guest house’s crew atau kita bakal deg-degan sama tukang tuk2 yang nawarin ini itu. Saya segera menelpon crew popular guest house tempat saya berencana menginap di Siem Reap. Dia berkali kali menanyakan where is your bus station?  Dan saya selalu menjawab at Siem Reap, hahaha ternyata maksudnya adalah what the name of your bus station?. Di Siem Reap banyak sekali pemberhentian bis dari phnom penh, tergantung dari agen  bis yang kita tumpangi, malam itu kami berhenti di agen paramount. Hanya 10 menit menunggu datang juga yang nge-jemput, namanya paul, muda, cakep, ramah hahaha. Dia membantu mengelola popular guest house. Saya book kamar via email yang saya dapat dari website yang mereka kelola, popularguesthouse.com, untuk 1 malam double bed dengan fan US$ 8, saya share dengan ina jadi semalem Cuma US$ 4 ;), tidak perlu pakai yang AC di Siem Reap, popular deket banget sama night market dan pub street, recommended lah. Tapi jangan berharap lebih dengan tempet nginep seharga segitu ya, saya dan ina yang terpenting bisa tidur :D, kami menginap 2 malam di Siem Reap karena tidak ada bis malam dari Siem Reap ke Bangkok.


Di Siem Reap atas saran paul kami menyewa tuk2 untuk satu hari peruh dengan itinerary berkeliling komplek Angkor wat dan nganter ke floating village, seharga US$ 70, harga tersebut tidak termasuk harga tiket masuk komplek Angkor tetapi sudah termasuk harga tiket masuk floating village. Jam 06:00 am kami menunggu tuk2 yang paul pesan, sengaja pergi pagi karena berburu sunrise :D, brrrrrrrrrrrrrrr dingin dan segeeeeeeeeeeeeerrrrr. Harga tiket masuk komplek Angkor US$ 20 untuk one day pass, untuk yang 3 days pass US$ 40, untuk yang 1 week pass US$ 60 tidak ada pembelian tiket setelahnya yaaa.  Kebanyakan turis disini dari korea dan jepang dan kebanyakan juga ikut tour, bejubel pada nunggu sunrise. Tik tok tik tok jam 6:45 am mana sunrisenya L langit udah terang benderang, prediksi kabut nih, kecewa kami berjalan masuk lebih jauh lagi, nyari danau yang katanya bagus banget buat ambil sunrise, ketemu, wuihhhh yang nunggu di situ lebih buanyak lageeeee. Gak disangka 7:15 am si sunrise muncul, agak aneh sih tau2 mataharinya muncul bulet diantara langit yang berkabut putih, baru kali itu saya lihat sunrise siang2 :-p. Pantulan di danaunya cakep ;).



Kelar nge-sunrise kami lanjut ke Bayon temple atau yang kadang di sebut thousand faces tentunya dengan tuk2 yang sama. Jadi di setiap pemberhentian tuk2 akan menunggu kita. Sekitar 45 menit berkeliling kami melanjutkan perjalanan ke Tha phrom temple, ini yang saya paling penasaran, akan pohon yang melilit candi tua yang saya sering banget liat di beberapa situs wisata dan blog. Buatan alam ituuuu memang keren :D. Selain dua 3 temple yang beken itu, ada lagi beberapa temple yang tidak sempat kami kunjungi karena after lunch lanjut ke floating village, pantas saja jika ada tiket 3 days pass karena emang besaaaarr banget komplek Angkor. 











Kelar keliling Angkor kami singgah makan siang lalu melanjutkan perjalanan ke floating village, karena berbeda arah, jadi rutenya balik lagi kearah guest house kita lanjut teruuuussss dan lamaaa untuk sampai di floating village, saya aja sampai ketiduran di tuk2 hahahaha. Menurut guide 300.000 orang tinggal di floating village ini termasuk anak-anak, dan sekitar 1000 anak-anak adalah yatim piatu. Orang tua mereka meninggal pada saat mengail ikan, mata pencaharian mereka disini adalah nelayan. Kondisi rumah apung mereka bagi saya memprihatinkan, apalagi jika musim terik seperti ketika saya berkunjung, danau surut dan air bersih nyaris tidak ada, mereka mandi dengan air berwarna cokelat dengan kondisi rumah yang jauh dari sanitasi. Selama berkeliling kita akan singgah di crocodile farm, juga floating market untuk sembako dan alat tulis, di floating market ini kita disarankan untuk membeli apa saja yang kemudian akan disumbangkan buat anak-anak yatim yang tinggal di rumah tinggal mereka sedangkan uangnya digunakan untuk mengembangkan floating market tersebut, jangan ditanya harga barangnya, muahallllll, saya waktu itu cuma mampu beli selusin buku. Dari floating market kami berkunjung ke rumah singgah mereka, rame banget, ngeliat mereka antara sedih dan campur aduk. Jangan lupa bawa air minum selama di jalan-jalan di siem reap, puanasssss.



 Well malempun tiba, jalan kaki yang gak sampai 5 menit ke floating market, kelar belanja oleh-oleh kami lanjut ke pub street, karena gaktau mau ngapain refleksi deh di pinggir jalan 1US$ 10 menit, enak banget nambah deh hehehe. Pulang ke guest house, pesen tiket bis ke Bangkok (pesen aja ke resepsionis guest house), duduk bentar ngumpul ma tamu lain, tidur..








*next trip >> Bangkok and Ayutthaya – Thailand (3rd backpacking)

Komentar